Tanggamus, buanainformsi.com – Dengan masih digelarnya Acara Arak-arakan, Tari Ighol, Khattaman Qur’an, Deduaian serta Acara Pemacaran, menunjukkan bahwa Adat budaya Sai Batin masih lestari di Pekon Sanggi unggak, Kecamatan Bandar Negeri Semuong, Kabupaten Tanggamus. Adat dan Budaya leluhur Masyarakat Lampung itu masih sangat melekat di pemekonan Sanggi Unggak.
Di selenggarakannya acara ini dalam rangka memeriahkan khitanan putra dari Abu Sahlan Tokoh Adat Sai Batin yang juga Kepala Pekon Sanggi unggak. Abu Sahlan bergelar Pangeran Punyimbang Keratuan Semaka yang juga masih keturunan dari Ratu Semaka. Acara digelar dikediamannya, Senin (5/11/18)
Kegiatan yang diawali dengan arak-arakan putra tokoh adat itu dihadiri Wakil Bupati Tanggamus Hi. AM. Syafi’i, Anggota DPRD Tanggamus Ahmadiyan dan seluruh Kepala Pekon se-Kecamatam Bandar Negeri Semuong.
Setelah selesai melakukan Arak-Arakan, selanjutnya dilaksanakan pertunjukan Seni Tari Ighol. Perlu diketahui, Tari Ighol merupakan tarian tertua di Provinsi Lampung. Selanjutnya acara dulanjutkan dengan kegiatan Khattaman Qur’an oleh putra keturunan Keratuan Semaka, acara Deduaian serta Pemacaran.
Tokoh adat Sai Batin Pekon Sanggi unggak Abu Sahlan menjelaskan bahwa, digelarnya kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan adat dan budaya Sai Batin agar tidak punah. ” Ini adalah adat budaya leluhur kami, jadi harus dilestarikan, agar tidak punah,” katanya.
Senada, Anggota DPRD Tanggamus Ahmadiyan juga berharap agar adat budaya Sai Batin ini bisa terus ada kedepannya. “Ya, harapan kami agar Sai Batin – Sai Batin lainnya bisa terus melestarikan budaya ini, agar budaya leluhur kita ini bisa terus terjaga, ” ungkapnya.
Sementara itu, Wabup Tanggamus Hi. AM. Syafi’i mengapreasi kegiatan adat dan budaya yang dilaksanakan di Pekon Sanggi unggak. Ia mengaku, Pemkab Tanggamus sangat mendukung kelestarian adat dan budaya masyarakat Lampung.
“Pemkab Tanggamus terus berupaya mendokumentasikan setiap peristiwa Adat , yang selanjutnya akan dicetak dan dibagikan kepada siswa-siswi mulai dari Sekolah Dasar (SD), agar pengetahuan anak-anak kita tentang sejarah Adat dan Budaya ini tidak terputus, sehingga kedepannya mereka bisa melestarikan adat dan budaya leluhur ini, ” pungkasnya. (Red/*)