Buanainformasi.com – Bank Indonesia meminta masyarakat lebih hati-hati dan waspada dalam melakukan transaksi keuangan. Apalagi jika belanja kebutuhan jelang Lebaran di pasar tradisional. Mengingat, saat ini pasar tradisional dijadikan sasaran peredaran uang palsu.
Tidak dipungkiri, secara selintas dipandang mata, sulit membedakan uang palsu dengan uang asli yang diterbitkan Bank Indonesia dan dicetak Peruri. Tingkat kemiripannya semakin tinggi seiring makin canggihnya teknologi. Namun sesungguhnya, jika ditelisik lebih detail, perbedaannya cukup mencolok.
BI mengaku selalu memberikan penjelasan ke masyarakat agar tidak mudah tertipu dengan mengenali ciri-ciri uang palsu yang banyak ditemukan selama ini. Secara fisik, perbedaanya bisa langsung terasa dari tekstur uang.
Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs menuturkan, uang palsu umumnya memiliki tekstur halus. Sementara uang asli memiliki tekstur lebih kasar. Selain itu, yang juga harus diketahui masyarakat, uang asli memiliki tanda air dan tanda pengikat. Sedangkan uang palsu belum tentu ada.
“Uang asli itu angka-angka nominal itu menonjol,” kata Peter Jacobs saat berbincang, Senin (22/6).
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta BI ikut serta mengawasi dan meminimalisir peredaran uang palsu di pasar tradisional. Caranya dengan memberikan edukasi secara langsung ke pedagang agar tidak jadi korban peredaran uang palsu.
“Dari pasar itu, oknum menyebar uang-uang palsu,” kata Ketua Harian YLKI Sudaryatmo.