Lampung Selatan, Penacakrawala.com – Seorang mahasiswa Politeknik Negeri Lampung (Polinela) babak belur dikeroyok puluhan orang gegara bertengkar dengan pacarnya.
Korban Ahmad Humaidi (20) dikeroyok di kantin belakang gedung QB Kampus Polinela, Desa Hajimena, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, Senin (6/11/2023).
Setelah babak belur, korban baru tahu alasan para pelaku mengeroyok disebabkan pertengkarannya dengan sang pacar.
Korban mengatakan, pengeroyokan itu terjadi saat dirinya sedang sendirian di kampus.
“Tanpa basa-basi, ada sekitar 20 orang menghajar saya di kantin belakang kampus,” ujarnya Jumat (17/11/2023).
Ahmad menuturkan, kejadian bermula ketika dirinya mendapat pesan singkat dari salah satu anggota Mapala Universitas Lampung.
Mereka lantas sepakat bertemu di kantin belakang gedung QB Kampus Polinela, sekira pukul 20.30 WIB.
“Saya awalnya tidak tahu alasan dia mengajak ketemu, tapi dia senior pacar saya di UKM Mapala,” katanya.
Tanpa diduga, ternyata pelaku mengajak rombongan mahasiswa lain yang berjumlah puluhan.
Setelah bertemu, Ahmad langsung mendapat pukulan, tendangan, dan tamparan dari puluhan orang itu.
Setelah babak belur, barulah para pelaku mengatakan alasan mengeroyok karena pertengkaran Ahmad dengan sang pacar.
“Setelah bonyok, saya diinterogasi dan dituduh jadi penyebab pacar saya malas datang ke mapala, hingga sakit,” terangnya.
“Saya memang sebelumnya bertengkar dengan pacar saya, tapi masalah sudah lama selesai dan tidak ada urusannya dengan orang lain, apalagi UKM kampus ,” imbuhnya.
Akhirnya, kata Ahmad, dia diselamatkan oleh teman mahasiswanya yang datang dan melerai.
Atas kejadian itu, Ahmad mengalami luka sobek pada bibir bawah, memar pada mata, dan memar pada lengan.
Kejadian itu telah dilaporkan ke Polsek Natar Lampung Selatan pada Selasa (7/11/2023), dengan nomor LP/B-571/XI/2023/SPKT/Polsek Natar/Polres Lampung Selatan, tanggal 7 November 2023.
Namun puluhan pelaku masih berkeliaran dan belum tertangkap.
Dirinya berharap, aksi pengeroyokan dan main hakim sendiri seperti ini yang terakhir terjadi.
Dan para pelaku dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya di kepolisian.
“Saya rasa, kejadian yang saya alami ini berawal dari urusan pribadi, sudah selesai, tapi dibesar-besarkan dan malah jadi aksi pengeroyokan,” katanya.
“Saya harap ini yang terakhir dan tidak ada kasus serupa di lingkup mahasiswa atau UKM,” tutupnya.(**/red)