BKIPM Bersama GGF Melepas Ekspor Produk Komoditas Pertanian Dan Perikanan

0
97

Bandar Lampung, Penacakrawala.com  Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) di bawah naungan Kemenkeu bersama Great Giant Foods (GGF) melepas ekspor produk komoditas pertanian dan perikanan secara serentak.

Kegiatan tersebut berlangsung pagi hari di Pelabuhan Pelindo Peti Kemas, Kota Bandar Lampung, Lampung, Kamis (9/11/2023).

Pelepasan dimulai dengan menekan bel sirine bersama Sahat Manaor Panggabean selaku Kepala Badan Karantina Indonesia, Ashari Sariem selaku Kepala BKIPM dan Welly Soegiono selaku Direktur PT. Great Giant Pineapple (GGP).

“Kami pemerintah ingin mendorong agar produk-produk komoditi kita bisa diekspor sebanyak- banyaknya, karena memang itu yang kita lakukan untuk memutar ekonomi di masyarakat. Hari ini kita menghadiri pelepasan ekspor untuk dua komoditi yaitu komoditi pertanian dan perikanan,” ujar Sahat Manaor Panggabean, Kepala Badan Karantina Indonesia.

Secara simbolik terdapat dua kontainer besar berisikan komoditas yang hendak dilepas ekspor, satu berisi buah nanas sedangkan satu lagi adalah produk dari perikanan.

Komoditas buah nanas segar akan dilepas ekspor menuju negara tujuan China.

Sementara komoditi ekspor produk perikanan akan mendarat menuju negara Jepang dan USA.

Buah nanas segar yang akan mendarat ke negeri tirai bambu memiliki nilai total 4,176 ton dengan nilai Rp 39,8 miliar.

Kemudian pada komoditas perikanan yang meluncur ke negara sakura dan paman sam mengangkut total ekspor seberat 88 ton dengan nilai Rp 15,2 miliar.

Nilai ekspornya cukup besar terlebih pada buah nanas segar yang permintaannya cukup banyak yakni senilai Rp 39,8 miliar, disamping itu komoditi ikan sebanyak Rp 15,2 miliar.

“Nilai ekspornya cukup besar sebab nanas segar ini permintaanya cukup banyak 39,8 miliar dan untuk ikan sebanyak 15,2 miliar ini didorong supaya produk kita bisa diterima di negara- negara tujuan,” katanya.

Kesempatan kali ini sudah jelas jadi harapan sekaligus peluang emas, terlebih pada ekspor buah nanas menuju negara China yang baru pertama kali dilakukan.

Sahat Manaor Panggabean mengaku bahwa Badan Karantina Indonesia sudah berjuang untuk menembus pasar ke China sejak 8 tahun yang lalu namun sering ditolak.

Kini komoditas buah nanas bisa diekspor karena kualitas komoditas sudah sesuai dengan syarat ketentuan dan telah sepenuhnya bersertifikat phytosanitary dari Badan Karantina Indonesia dan lab sehingga bisa diterima di negara tujuan.

Sertifikat phytosanitary sendiri merupakan dokumen yang menjelaskan bahwa komoditas sudah terbebas dari OPTK (Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina) tertentu.

“Ini perjuangan cukup berat karena sudah 8 tahun lalu dan sekarang bisa di ekspor dan selain di China kita bisa ekspor ke negara lain juga seperti di selandia baru. Lampung jadi daerah potensial akan dikembangkan untuk produk-produk yang kita ekspor ke luar negeri dan memang ada yang ingin dipesankan dan masyarakat perlu memperhatikan ketika prduk akan banyak diekspor harus memiliki impact ke masyaraat supaya mereka dapat manfaat,”

“Pemerintah akan terus mendampingi agar produk kita di negara tujuan tidak di tolak karena syarat krantina bisa di penuhi dan kita menyeahkan sertifikat phytosanitary yg memang dibutuhkan oleh negara sana. Dan kita punya lab dan ini sudah tersertfikasi dan hasil pemeriksaan kita diatur oleh negara tujuan dan ini ekual dengan negara sana. ini sudah tersertifikasi dan apapun yang dikirim kesana telah memenuhi sertifikasi dari karantina dan lab di terima di negara sana,” tambahnya.

Seketat apapun syarat ekspor antar negara, pihaknya meminta untuk tidak perlu khawatir karena bisa selalu dihandle dan untuk usaha membuka akses pasar ke negara-negara yang potensial sedang diperjuangkan komunikasinya.

Kerjasama demi kerjasama akan tetap dikembangkan untuk kedepannya antara pelaku usaha dengan masyarakat dengan harapan agar perekonomian semakin sejahtera terlebih para pelaku UMKM binaan yang jadi mata panahnya.

Menurutnya Provinsi Lampung menjadi daerah yang potensial untuk pengembangan produk-produk guna diekspor ke luar negeri, hanya saja perlu pendampingan lebih lanjut dari pemerintahan.

Pendampingan lanjutan yang dilakukan Badan Karantina akan membawa dampak baik pada peningkatan kualitas produk yang dihasilkan.

Welly Soegiono menambahkan BKIPM sendiri telah memfasilitasi pos terlebih pertanian yang berada di Kabupaten Tanggamus.

Meski jumlah permintaan ekspor tergolong banyak, seluruhnya akan terus mempersiapkan secara perlahan.

“Permintaannya tinggi tapi kita persiapkan secara perlahan, kalau nurutin permintaan ya banyak sekali. Pemerintah karantina dalam hal ini akan terus mendampingi supaya produk2 kita di negara sana tidak terus ditolak,” katanya.

Kedepan BKIPM akan membuat kegiatan yang terkonsep guna mengatur kegiatan ekspor impor di Indonesia.

“Artinya sebelum barang itu masuk ke indonesia, sertifikasi dari negara sana harus lengkap sama seperti mereka minta sertifikasi dari kita. Saya pikir juga ketika barang itu sudah masuk ke indonesia maka tidak akan terlalu lama di pelabuhan, itu secara umumnya,” jelasnya.(**/red)