Dilema bom ikan, merusak tapi digemari

0
972

Buanainformasi.com – Senin (3/8) sidilema-bom-ikan-merusak-tapi-digemariang, bau mesiu tiba-tiba menyeruak di perumahan Puri Patte’ne Permai blok C No 11, Kelurahan Sudiang, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, Sulawesi Selatan. Sebelum hal itu terjadi, sebuah ledakan keras mengguncang ketenangan.

Tercatat enam rumah warga setempat luluh lantak lantaran ledakan itu. Dugaan awal, letupan terjadi akibat bom ikan. Petugas lantas datang ke lokasi kejadian.

Setelah disisir, jumlah korban diketahui. Dua orang ditemukan tewas. Menurut Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Polisi Frans Barung Mangera, mereka adalah Hj Ramlah (55 tahun), dan seorang perempuan bernama Sania (36 tahun).

Ketua RT 03/RW 21, Kelurahan Sudiang, Abdul Salam, membenarkan rumah menjadi Tempat Kejadian Perkara (TKP) milik warganya. Meski kondisi dua mayat sudah gosong dan tidak mudah dikenali, tetapi dipastikan dua mayat itu adalah Hj Ramlah dan Sania.

“Di dekat korban ada ditemukan uang senilai Rp 1,6 juta dan KTP atas nama Hj Ramlah,” kata Abdul Salam.

Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Polisi Anton Setiadji, memastikan ledakan itu akibat bom ikan. “Memang kedua korban ini lakukan kegiatan pembuatan bom detonator atau bondet untuk bom ikan,” kata Anton Setiadji.

Dikatakan Anton, petunjuk ditemukan di lokasi dan hasil laboratorium forensik, saat itu korban sedang menumbuk bahan baku bom. Dia melanjutkan, dari lokasi kejadian, pihaknya menyita sejumlah detonator.

Anton mengatakan, Hj Ramlah memang orang yang punya keahlian membuat bom detonator non elektronik. Bom itu biasa dipakai nelayan sebagai bom ikan.

“Hj Ramlah itu punya keahlian membuat bom detonator non elektronik. Kita akan usut kasus ini. Dari mana korban ini mendapatkan bahan baku bom detonator dan ke mana bom detonator ini dijual,” ucap Anton.

Menurut Anton, Hj Ramlah saat membuat bom dibantu oleh Sania. Sania juga tewas saat tengah menumbuk bahan baku, sebagai bagian dari proses pembuatan bom detonator.

Dalam kejadian itu juga terdapat korban luka, di antaranya Fadli (11 tahun), dan Fauzan (14 tahun). Keduanya dirawat di RS Sayang Rakyat, Kelurahan Sudiang.

Bom ikan memang menjadi persoalan sudah lama terjadi. Menurut Guru Besar Universitas Hasanuddin, Prof Dr Jamaluddin Djompa, yang dihubungi kemarin, praktik penangkapan ikan dengan bom sudah berlangsung 25 tahun. Hal itu, menurut dia, menjadi penyebab hancurnya terumbu karang di lautan Sulawesi Selatan.

“Rata-rata kerusakannya mencapai 70 persen. Ada pula yang kerusakan terumbu karangnya di titik lain mencapai 80 persen,” kata Jamaluddin Djompa.

Menurut Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan Unhas itu, tindakan penangkapan ikan dengan bom di laut dilakukan karena masyarakat nelayan berpikir cara memancing biasa tidak ekonomis, karena hasilnya terbatas. Alasan mereka, lanjut Jamaluddin, cara memancing konvensional juga punya beberapa resiko, misalnya jaring tersangkut, sehingga bisa menimbulkan kerugian besar bagi nelayan. Oleh karena itu, masyarakat nelayan kemudian mencoba berpikir kreatif dengan memancing menggunakan bom, meski dampaknya negatif. Namun buat mereka cara itu mudah, murah, cepat, dan hasil tangkapannya banyak.

“Kasus jatuh korban karena bom ikan itu di Sulsel sebenarnya sudah banyak. Ada yang tangannya buntung, tapi hal itu tidak diketahui orang banyak karena keluarga korban malu, karena sebenarnya mereka tahu kegiatannya itu ilegal,” ujar Jamaluddin Djompa.(Sumber : Merdeka.com)