Sumsel, Penacakrawala.com – Dilema petani karet seperti tak kunjung habis. Disaat harga membaik namun ironisnya produksi getah karet malah menurun. Ditambah lagi banyak pohon karet yang mati kena penyakit.
Seperti dituturkan Ismail Putra (37) petani karet di Kecamatan Semidangaji Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU ) Provinsi Sematera Selatan ini mengeluhkan prodksi getah karet saat ini sudah jauh menurun.
Musim kemarau tidak sulit diprediksi, biasanya di bulan seperti Oktober ini memasuki musim hujan. Namun kenyataanya saat ini cuaca luar biasa panas, getah karet hanya 50 persen dari kondisi normal. “ Kalau sudah memasuki musim kemarau getah karet menyusut,” kata Mail dengan nada sedih.
Menurut petani karet ini sebelum kemarau produksi karet yang disadapnya sekitar 3 kwintal / 2 minggu, namun saat ini hanya 1 kwintal /2 minggu .
Harga jual memang ada kenaikan,saat ini Rp 11.300/kg untuk karet yang ditimbang 2 mingguan ditingkat petani. Sebelumnya harga getah karet bertahan di harga Rp 8000/kg.
Namun sayangnya disaat harga naik, produksi getah karet mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Selain produksi getah karet susut, masalah yang paling dikeluhkan petani karet adalah banyak pohon karet yang terserang penyakit. Jumlah pohon yang mati terus bertambah, saat ini pohon karet di kebun milik Ismail sduah puluhan batang yang mati.
Keluhan serupa juga disampaikan Suci (27), petani karet di Kecamatan Lubukbatang OKU ini juga mengeluhkan getah karet yang disadap sudah mulai menurun. Menurut ayah dua anak ini selama musim kemarau ini produksi getah karet sudah berangsur-angsur turun.
Biasanya seiring semakin panjang musim kemarau maka getah akan semakin habis, terlihat daun karet sudah mulai rontok dan diantaranya ada pohon karet yang daannya sudah gundul. Apabila kondisi pohon karet sudah seperti ini maka aktivitas menyadap juga harus dikurangi bahkan diistirahatkan.
“Padahal saat ini harga getah karet diitingkat petani sudah mulai membaik,” kata Suci.
Karet memang menjadi tanaman primadona di Kabupaten OKU , berdasarkan catatan Sripo luas arel perkebunan karet alam milik rakyat yang terdata saja setidaknya 71.807,5 Ha dengan total produksi yang terdata sedikitnya 52.447,47 ton per tahun.
Jumlah ini baru yang terdata saja, sedangkan yang tidak terdata jumlahnya diperkirakan masih banyak. Sedangkan perkebunan besar milik perusahaan terdata setidaknya 918,09 Ha dengan total produksi sekitar 1.893,48 ton per tahun.
Perekonomian rakyat Kabupaten yang berjuluk “ Bumi Sebimbing Sekundang” ini memang ditopang dari dua komoditas yakni karet dan sawit. Komoditas karet memang lebih besar dibandingkan sawit, karena petani bisa membuka kebun sendiri dan bisa langsung menjual sendiri karena banyak tauke karet yang langsung datang ke desa-desa. (eni)
Source : Sripoku.com
Editor : Adee