Disebut medioker, sastrawan ancam gugat Goenawan Mohamad dkk

0
717

Buanainformasi.disebut-medioker-sastrawan-ancam-gugat-goenawan-mohamad-dkkcom  – Kritik sejumlah wartawan bahwa ada persekongkolan memunculkan nama Laksmi Pamuntjak sebagai ‘bintang utama’ Frankfurt Book Fair (FBF) 2015 berbuntut panjang. Saling serang pun tak bisa terhindarkan.

Adalah Luthfi Assyaukanie yang memantik emosi para sastrawan yang mengkritik. Cendekiawan yang ikut menjadi bagian Komite Nasional FBF di bawah komando Goenawan Mohamad  ini menyebut para sastrawan pengkritik sebagai sastrawan medioker.

“Sulit menghilangkan kesan bahwa beberapa sastrawan yang mengkritik keras penyelenggaraan Frankfurt Book Fair sedang meratapi kemalangannya sebagai sastrawan medioker yang kalah bersaing dalam dunia kreatif,” kata Luthfi lewat akun Facebook-nya, dua pekan lalu.

“Sastrawan yang waras dan berpikiran positif tak akan berperilaku seperti itu, menjatuhkan rekannya sendiri di depan publik,” tulis Lthfi yang dikenal dekat dengan GM dan Salihara, komunitas asuhan sang budayawan.

Menurut Luthfi, sesungguhnya mereka sedang merendahkan diri mereka sendiri dan memperlihatkan karakter gelap dari dirinya.

“Kesusastraan adalah dunia keagungan dalam berbahasa dan bertutur-kata. Jika dalam hal ini saja mereka gagal, saya ragu mereka layak disebut sastrawan,” kata Luthfi yang banyak mengisi diskusi dengan tema Islam dan demokrasi di Jerman sebelum penyelenggaraan FBF Oktober mendatang.

Tampaknya postingan Luthfi ini diketahui oleh AS Laksana. Meski dalam kritiknya Luthfi tidak menyebut nama, Sulak – sapaan akrab Laksana – merasa tulisan itu ditujukan untuk dirinya. Sebab, bersama penulis Linda Christanty, Sulak memang yang paling awal mengkritik dan mencurigai adanya skenario memunculkan nama Laksmi lewat tema 1965.

Bagi Sulak, postingan Luthfi adalah, “respons kalap yang mengabaikan risiko dari apa yang ia ucapkan sendiri.”

Sulak mengakui yang mengkritik keras penyelenggaraan FBF adalah dia dan Linda. Namun, Sulak mengatakan mereka berdua juga dihubungi lewat telepon oleh panitia dan diberi tahu bahwa akan diberangkatkan ke Frankfurt.

“Dan diberi tahu akan mengisi beberapa forum di sana. Selain itu, kami juga boleh membuat acara sendiri,” kata Sulak juga lewat postingan di Facebook-nya pada 1 Juli lalu.

Atas sebutan medioker oleh Luthfi itu, kata Sulak, dia sebenarnya bisa menggugat panitia atas tindakan ceroboh mereka memilih dan menyiapkan forum di Frankfurt kepada para sastrawan yang mutunya pas-pasan dan kalah bersaing dalam dunia kreatif.

“Itu tindakan yang mempermalukan negara,” pungkas Sulak.(Sumber : Merdeka.com)