Buanainformasi.com – Selat Malaka terletak di antara Semenanjung Malaysia yang melintasi empat negara yakni Thailand, Malaysia, Singapura dan Pulau Sumatera, Indonesia. Selat Malaka merupakan jalur pelayaran terpenting di dunia lantaran membentuk jalur pelayaran terusan antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Selat Malaka juga menghubungkan tiga dengan jumlah penduduk terbesar di dunia yakni India, Indonesia dan China. Tak kurang dari 50.000 kapal per tahun melintasi Selat Malaka, mengangkut antara seperlima dan seperempat perdagangan laut dunia. Sebanyak setengah dari minyak yang diangkut oleh kapal tanker melintasi selat ini. Inilah yang menyebabkan kawasan Selat Malaka menjadi target pembajakan dan kemungkinan target terorisme.
Data International Transport workers Federation Asia Pasifik, kawasan Selat Malaka yang berbatasan dengan Malaysia dan Singapura merupakan kawasan paling rawan perompakan. Dalam hal kawasan, perairan Asia merupakan laut sasaran utama para perompak sedikitnya satu kapal tanker berukuran kecil dibajak dua minggu sekali di kawasan Asia Tengara. Asia Tenggara menyumbang 55% dari 54 insiden perompakan dan perampokan bersenjata di dunia sejak awal 2015.
Yang terbaru, kapal tanker MT Okim Harmony menjadi sasaran perompak yang diduga Warga Negara Indonesia. Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi mengatakan, TNI AL akan rutin melakukan operasi laut di Selat Malaka.
“Kita harus betul-betul rutin melaksanakan operasi penegakan kedaulatan dengan menjaga teritorial dari kegiatan ilegal termasuk pengamanan Selat Malaka,” kata Ade usai buka bersama di Denma Mabes Angkatan Laut, Jakarta, Rabu (24/6).
Pengamanan Selat Malaka, kata dia, dipimpin oleh Panglima Komando Armada Barat Laksamana Muda Taufiqurahman. Selain itu, TNI AL juga akan bekerjasama dengan militer Malaysia dan Singapura.
“Kasus itu bukan di perairan kita, cuma pelakunya katanya WNI. Dialek Indonesia juga banyak. Kita masih konfirmasi Kemenlu,” tuturnya.
Pemerintah Indonesia, Malaysia dan Singapura bersepakat untuk serius mengamankan Selat Malaka. TNI AL sendiri telah membentuk Satuan Tugas Angkatan Laut (AL) yang disebut Elang Laut. Satuan ini terdiri dari unsur marinir, intelijen AL, dan satuan khusus AL.
Menurut Komandan Batalyon Infanteri 10/Marinir, Letnan Kolonel Marinir Kresno Pratowo, keberadaan satuan tugas itu selain untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, juga untuk mengamankan Selat Malaka. Terutama dari kejahatan perompakan.
TNI sudah mendapatkan informasi tentang titik atau lokasi perompakan yang meresahkan. TNI bekerja sama dengan militer Malaysia akan memperketat patroli di laut. “Banyaknya isu perompakan di Selat Malaka dan pelabuhan tikus (pelabuhan ilegal untuk penyelundupan), menjadi target kita dalam memberikan keamanan bagi yang melintasinya,” kata Kresno.
Kepala Staf Angkatan Laut Singapura Laksamana Muda Lai Chung Han, mengatakan tiga negara sedang melakukan pembahasan mengenai patroli gabungan di Laut China Selatan, untuk menghadapi ancaman pembajakan kapal.
Patroli bersama yang disebut sukses mengatasi pembajakan di Selat Malaka, hal yang rumit dengan adanya persoalan klaim teritorial, antara Indonesia, Singapura dan Malaysia.
“Kapan akan direalisasikan, kami harap lebih cepat. Ada kekhawatiran dengan klaim yang diperebutkan.”
Namun Lai menyebut para pihak tidak ingin dihambat dengan persoalan klaim wilayah, serta fokus pada upaya mengatasi pembajakan, karena tidak ada yang akan diuntungkan jika pembajakan dibiarkan.
Komitmen kerja sama antara Indonesia, Malaysia dan Singapura untuk menjaga perairan Selat Malaka dari perompak sebenarnya sudah terjalin sejak beberapa tahun lalu. Bahkan pada 2013, Indonesia bersama Malaysia dan Singapura mendapatkan suntikan dana US$17,5 Juta atau setara Rp 198 miliar dari sejumlah investor guna mengganti sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP) di Selat Malaka dan Selat Singapura.
Dana itu diperoleh dari Nippon Foundation, IFAN, Malacca Strait Council (MSC), UAE, Republic of Korea, International Maritime Organization (IMO), Malacca and Singapore Straits Trust Fund, Saudi Arabia, India, China, dan Jepang dalam forum 6th Cooperation Forum (CF) di Bali awal bulan ini.
Humas Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Sindu Rahayu mengatakan pendanaan itu diperoleh dalam pembahasan Co-operative Mechanism and the Straits of Malacca and Singapore (SOMS) dalam pertemuan CF tersebut.
“Co-operation Forum telah menerima kontribusi sebesar US$17,5 Juta dari Nippon Foundation, IFAN, MSC, UAE, Republic of Korea, IMO Malacca and Singapore Straits Trust Fund, Saudi Arabia, India, China dan Japan,” ujarnya.
Indonesia dalam hal ini Kemenhub menjadi tuan rumah penyelenggaraan tiga pertemuan internasional yakni 6th CF, 38th Tripartite Technical Experts Group (TTEG), dan 6th Project Co-ordination Committee (PCC) pada 7 Oktober-11 Oktober 2013 di Grand Inna Kuta, Bali.
Ketiga itu pertemuan itu rutin diselenggarakan setiap tahun secara bergantian oleh tiga negara pantai yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura.
Pertemuan itu juga digelar dengan mengundang negara pengguna (user states) dan stakeholder guna membahas keselamatan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim di Selat Malaka dan Selat Singapura. (Sumber : Merdeka.com)