Pesisir Barat, Penacakrawala.com – Harga komoditas beras di Pesisir Barat Lampung terus mengalaminya lonjakan yang cukup signifikan hingga Rp 15 ribu per kilogram.
Kepala Dinas Perdagangan, UKM dan Perdagangan (Diskopdag) Pesisir Barat, Siswandi mengatakan, kenaikan harga komoditas beras ini terjadi diantaranya disebabkan dampak faktor cuaca.
“Kenaikan harga beras ini faktor utamanya disebabkan karena dampak perubahan cuaca yang menyebabkan siklus panen terganggu,” ungkapnya,” Jumat (2/2/2024).
Faktor lainnya disebabkan karena tingginya permintaan di pasaran yang tidak diimbangi dengan persediaan barang yang tersedia.
Hal tersebut terjadi karena hasil produksi padi petani mengalami penurunan karena adanya fenomena el-nino.
Sehingga banyak banyak petani mengalami gagal panen pada tahun 2023.
Selain itu, kata dia, hasil padi asal Pesisir Barat saat ini banyak dibawa keluar daerah.
Hal ini terjadi karena petani lebih memilih menjual padi itu langsung dalam bentuk gabah karena harga jualnya tinggi.
“Beras Pesisir Barat ini banyak lari keluar daerah, karena begitu panen langsung dijual ke pengepul,” ucapnya.
“Para pengepul gabah ini rata-rata berasal dari luar daerah Pesisir Barat,” sambungnya.
Menurutnya, para petani memilih menjual hasil panen itu dalam bentuk gabah karena hasilnya lebih tinggi dibanding dijual dalam bentuk beras.
Untuk harga gabah kering rata-rata dihargai Rp 8 ribu per kilogram.
“Bayangkan kalau 3 kilo gabah itu bisa menghasilkan satu kilo beras artinya kalau dijaul hanya Rp 14 ribu per kilogram, tapi kalau dijual bentuk gabah mereka malah mendapatkan Rp 24 ribu,” jelasnya.
Untuk itu, masalah kelangkaan dan kenaikan harga beras ini ada hubungannya antara permintaan dan persediaan.
Sementara kata Siswandi, pihaknya belum bisa melaksanakan pasar murah dikarenakan keterbatasan anggaran.
Pihaknya sedang berusaha mengajukan bantuan ke Provinsi dan Pusat untuk mengadakan pasar murah tahun 2024 tersebut.
Ia berharap kenaikan harga dan kelangkaan beras ini bisa segera bisa diatasi.
Dikatakannya, untuk sementara dalam menanggapi kenaikan beras ini mungkin bisa dilakukan disertifikasi pangan, misalnya jagung dan umbi-umbian.
“Kita tentu akan berusaha keras ke Provinsi dan Pusat agar bisa memberikan bantuan pangan atau mengadakan pasar murah agar kelangkaan dan kenaikan beras ini bisa ditanggulangi,” pungkasnya. (**/red)