Tanggamus, buanainformasi.com – Tak terawatnya masjid Nurul Faidzin Islamic Center Kota Agung dan tidak adanya anggaran perawatan dari Pemkab menjadi pertanyaan jamaah.
Para jamaah menyayangkan kurangnya perhatian Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanggamus terhadap perawatan Masjid megah tersebut dan peran Pemkab memakmurkan Masjid.
Awen seorang jamaah Masjid Nurul Faidzin mengatakan, kondisi Masjid Nurul Faidzin saat ini benar-benar tidak terawat dan memprihatinkan betapa tidak, masjid yang berdiri begitu megah ini namun sejumlah fasilitas masjid tidak bisa digunakan lagi seperti halnya, tempat wudhu perempuan yang tidak berfungsi serta lampu penerangan yang sangat minim, bahkan terkesan remang-remang, mirisnya lagi atap masjid juga bocor.
“Apalagi saat ada acara besar seperti Tanggamus Expo kemarin, tempat wudhu laki gabung sama perempuan, jadi tidak pantas, itupun habis airnya. Kemudian lampu penerangan minim, jadi seperti remang remang disekitaran masjid, belum lagi suara speaker sayup-sayup terdengar jika jarak rumah jamaah agak jauh, jadi bertanya tanya ada yang sholat gak ya, mirisnya lagi jika hujan deras atap masjid bocor, air masuk mengucur kedalam masjid,” keluh Awaen saat ditemui, Kamis (5/4).
Selain itu, menurut Awen, seharusnya ada peran Pemkab dalam memakmurkan Masjid Nurul Faidzin, agar jamaahnya menjadi ramai, tidak seperti saat ini sangat sepi, bahkan terkadang kosong.
Adapun memakmurkan disini bisa dengan melengkapi sarana prasarana Masjid, termasuk lampu penerangannya dilengkapi, suara speaker dimaksimalkan, dan air wudhu lancar. Ataupun bisa dengan memfokuskan kegiatan-kegiatan keagamaan di masjid tersebut, seperti menghidupkan pengajian-pengajian, juga membuat perpustakaan keagamaan di areal Islamic Center dan pada bulan puasa memfokuskan membuat lapak takjil, jangan panggung dangdut saja yang digelar.
“Masjid inikan wewenang pemkab, jadi jamaah ataupun takmir masjid tidak bisa mengambil keputusan, sehingga serba canggung, harus persetujuan pemkab. Nah akhirnya, masjid sepi dari jamaah, jadi harapan kami semoga pemkab lah yang mencarikan solusinya untuk memakmurkan masjid. Karena ingat konsepnya, inikan Islamic Center, yang berarti pusat keagamaan Islam di Tanggamus, jadi hidupkan konsep itu. Pemkab ada anggaran. Coba bandingkan lah ke kota yang pengelolaan Islamic Centernya hidup, daripada study banding yang gak jelas hasilnya,” kesalnya.
Masjid Nurul Faidzin Islamic Center Kota Agung tersebut memiliki lampu penerangan sebanyak 90 titik, namun hanya 25 saja yang hidup selebihnya padam yakni 65 titik. Kemudian dari jumlah 15 unit speaker masjid, hanya 1 saja yang berfungsi normal, sehingga wajar jika terdengar sayup-sayup, sedangkan kendala air pam sering habis kalau jamaah ramai, karena sistem aliran air ditampung dahulu ke bak galon warna oranye diatas bangunan wudhu, padahal dari keterangan pihak PDAM, air pam cukup kuat untuk areal Islamic Center, tidak perlu tampungan.
“Ya, semoga ini menjadi masukkan bagi Bupati kita yang baru menjabat sebagai Pjs, ini hanya sekedar aspirasi dari rakyat dan jamaah masjid Nurul Faidzin, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, ” Ujarnya.(*)
“Apalagi saat ada acara besar seperti Tanggamus Expo kemarin, tempat wudhu laki gabung sama perempuan, jadi tidak pantas, itupun habis airnya. Kemudian lampu penerangan minim, jadi seperti remang remang disekitaran masjid, belum lagi suara speaker sayup-sayup terdengar jika jarak rumah jamaah agak jauh, jadi bertanya tanya ada yang sholat gak ya, mirisnya lagi jika hujan deras atap masjid bocor, air masuk mengucur kedalam masjid,” keluh Awaen saat ditemui, Kamis (5/4).
Selain itu, menurut Awen, seharusnya ada peran Pemkab dalam memakmurkan Masjid Nurul Faidzin, agar jamaahnya menjadi ramai, tidak seperti saat ini sangat sepi, bahkan terkadang kosong.
Adapun memakmurkan disini bisa dengan melengkapi sarana prasarana Masjid, termasuk lampu penerangannya dilengkapi, suara speaker dimaksimalkan, dan air wudhu lancar. Ataupun bisa dengan memfokuskan kegiatan-kegiatan keagamaan di masjid tersebut, seperti menghidupkan pengajian-pengajian, juga membuat perpustakaan keagamaan di areal Islamic Center dan pada bulan puasa memfokuskan membuat lapak takjil, jangan panggung dangdut saja yang digelar.
“Masjid inikan wewenang pemkab, jadi jamaah ataupun takmir masjid tidak bisa mengambil keputusan, sehingga serba canggung, harus persetujuan pemkab. Nah akhirnya, masjid sepi dari jamaah, jadi harapan kami semoga pemkab lah yang mencarikan solusinya untuk memakmurkan masjid. Karena ingat konsepnya, inikan Islamic Center, yang berarti pusat keagamaan Islam di Tanggamus, jadi hidupkan konsep itu. Pemkab ada anggaran. Coba bandingkan lah ke kota yang pengelolaan Islamic Centernya hidup, daripada study banding yang gak jelas hasilnya,” kesalnya.
Masjid Nurul Faidzin Islamic Center Kota Agung tersebut memiliki lampu penerangan sebanyak 90 titik, namun hanya 25 saja yang hidup selebihnya padam yakni 65 titik. Kemudian dari jumlah 15 unit speaker masjid, hanya 1 saja yang berfungsi normal, sehingga wajar jika terdengar sayup-sayup, sedangkan kendala air pam sering habis kalau jamaah ramai, karena sistem aliran air ditampung dahulu ke bak galon warna oranye diatas bangunan wudhu, padahal dari keterangan pihak PDAM, air pam cukup kuat untuk areal Islamic Center, tidak perlu tampungan.
“Ya, semoga ini menjadi masukkan bagi Bupati kita yang baru menjabat sebagai Pjs, ini hanya sekedar aspirasi dari rakyat dan jamaah masjid Nurul Faidzin, semoga dapat bermamfaat bagi kita semua, ” Ujarnya.(*)