Lampung Tengah, buanainformasi.com – Para petani di Lampung Tengah sedang harap-harap cemas, karena nampaknya tidak bisa lagi mengandalkan pupuk bersubsidi untuk bercocok tanam. Pasalnya, tahun ini alokasi pupuk bersubsidi untuk Lampung Tengah berkurang.
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Lamteng Rusmadi mengatakan ada pengurangan jatah pupuk bersubsidi dari Provinsi Lampung.
“Jatah pupuk bersubsidi tahun ini berkurang. Hal ini berdasarkan pengajuan rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) pupuk bersubsidi ke Provinsi Lampung. Pupuk Urea berkurang 45 persen. Kemudian NPK, SP-36, ZA, dan organik berkurang rata-rata 20 persen,” katanya, Selasa (6/2).
Rincian jatah pupuk bersubsidi untuk Lamteng tahun ini, kata Rusmadi, Urea 47.427 ton, SP-36 268.043 ton, ZA 284 ton, NPK 26.936 ton, dan organik 4.655 ton. “Pengurangan jatah pupuk bersubsidi ini tentunya berdampak terhadap para petani. RDKK yang diajukan tidak sesuai harapan,” ujarnya.
Rusmadi melanjutkan, kebutuhan khusus pupuk Urea di Lamteng batas amannya 100.000 ton.
“Pupuk Urea ini paling utama yang dibutuhkan petani. Minimal kita butuh 100.000 ton. Apalagi Lamteng termasuk lumbung pangan yang menyumbang 30% kebutuhan beras Lampung. Seharusnya kita dapat jatah prioritas. Luas tanam padi Lamteng 48.305 hektare dengan perkiraan panen 16.601 ton yang tersebar di 21 kecamatan,” ungkapnya.
Guna mengatasi pengurangan jatah pupuk subsidi ini, kata Rusmadi, Pemkab Lamteng menganggarkan setiap kampung Rp20 juta untuk membuat pupuk organik.
“Setiap kampung dianggarkan Rp20 juta untuk membuat pupuk organik. Hal ini agar nantinya tidak bergantung pada pukuk kimia atau subsidi,” ungkapnya.
Menyikapi permasalahan ini, Bupati Lamteng Mustafa mengharapkan para petani tidak bergantung terhadap pupuk subsidi atau kimia.
“Solusinya masyarakat harus bisa membuat pupuk sendiri. Bahannya tersedia di sekitar kita, baik itu kotoran hewan, sekam, dan jerami. Jangan bergantung dengan pupuk subsidi atau kimia” tegasnya. (*)