Ketidak Pekaan Para Petinggi Negara

0
846

Lampung – Beberapa hari ini masyarakat indonesia nampak heboh mempertontonkan sikap para pemangku negara yang tidak menunjukkan nilai-nilai kebaikan kepada masyarakatnya. Nilai-nilai kebaikan itu tidak nampak dalam video singkat yang lagi viral dimedia sosial saat presiden Jokowi turun kelapangan untuk memberikan piala atas kemenangan yang diraih tim sepak bola Persija melawan Bali United dalam laga perebutan piala presiden di Jakarta kemarin.

Dalam video yang berdurasi 14 detik itu terlihat jelas berbagai tokoh beringan mendampingi Presiden jokowi menuju lapangan termasuk Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta yang menjadi tuan rumah piala bergilir presiden tersebut dibagian belakang. Setelah presiden dan berbagai tokoh melewati pagar pembatas tangga tribun stadion, Tiba-tiba Paspampres menghalangi Mantan Menteri Pendidikan Jokowi turuan kelapangan. Seperti yang terlihat didalam video itu, Keduanya nampak berargument meskipun kita tidak tahu apa yang disampaikan paspampres dan jawaban Anies. Anies mengalah kemudian kembali kearah semula yang memantik simpatik para penonton.

Penomena diatas tentunya mengundang beragam komentar dari masyarakat Indonesia. Terlepas apapun komentar masyarakat itu, Saya menilai penomena itu tidak sepatutnya terjadi, Karena ada dua sisi yang perlu kita cermati.

Pertama sisi pemerintahan, sebagaimana kita ketahui Gubernur merupakan jabatan politik yang berkedudukan sebagai wakil pemerintah pusat ditingkat provinsi dan bertanggungjawab kepada presiden yang kewenangannya diatur dalam UU No 32 Tahun 2004 dan PP No 19 Tahun 2010. Jadi apapun urusan pemerintahan baik formal maupun informal yang menyangkut agenda pemerintah pusat apalagi presiden hadir disuatu daerah tentunya melibatkan pemerintahan daerah setempat terutama Gubernur untuk mempersiapkan dan mendampingi seorang presiden.

Dalam acara final piala presiden yang berhasil direbut oleh tim Persija semustinya Anies Baswedan selaku Gubernur mendampingi setiap agenda penting dalam randown acara tersebut, mulai dari masuk kearena Stadion hingga mendampingi Presiden Jokowi Menyerahkan piala bergilir itu. Jika pengakuan Paspamres hanya bertolam kepada daftar list nama yang berhak mendampingi presiden itu terlalu nampak tidak memperkenankan Anies Baswedan selaku Gubernur mendampingi Presiden Jokowi menyerahkan piala bergilir diarena lapangan. Sementara jelas siapa Anies dan siapa Jokowi.

Kemudian dalam sistem pratokoler, Tentunya sebelum acara berlangsung sudah terjadi interaksi dan komunikasi dengan pihak penitia penyelanggara begitu juga dengan protokoler Gubernur DKI jakarta. Karena tidak mungkin penjabat negara datang tanpa pengkondisian terlebih dahulu agar berjalan dengan baik. Sebab UU Nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan ayat 13 point a sudah jelas mengatakan bahwa dalam hal Acara Resmi dihadiri Presiden dan/atau Wakil Presiden, penyelenggara dan/atau pejabat tuan rumah mendampingi Presiden dan/atau Wakil Presiden. Maka dapat disimpulkan bahwa kejadian itu melanggar UU Keprotokolan.

Kedua dari sisi politik, Dalam kacamata politik sudah bukan rahasia umum siapa Jokowi dan siapa Anies Baswedan. Hari ini keduanya berada dalam pandangan politik yang berbeda pandangan. Meskipun Anies sempat dirangkul Jokowi dalam jajaran kabinet kerjanya sebagai Menteri Pendidikan tetapi penomena pilkada Jakarta beberapa waktu silam membuat keduanya berada diposisi yang tidak sejalan. Saya pernah menulis tentang kontentasi Pilkada Jakarta dengan tajuk ketika negara menjadi tim sukses, meskipun tidak nampak dipeluput mata upaya negara menghendaki pasangan Ahok-Djarot yang memimpin Ibukota Negara itu tetapi gerakan-gerakan dibalik layar dirasakan. Jika itu benar, Wajar saja terjadi. Sebab Ahok merupakan kandidat yang diusung PDIP kemudian Jokowi saat Pilpres juga diusung partai besutan Megawati. Secara psikologis pribadi tentu egosentris keberpihakan subjentif pasti ada.

Kemudian disamping itu sebentar lagi negara kita akan dihadapkan dengan pemilihan Presiden ditahun 2019. Jokowi digadang akan maju kembali sebagai kandidat calon presiden begitu juga dengan Prabowo Subianto. Irisan politik berbagai tokoh nasional semakin menampak, Termasuk Anies Baswedan berada pada irisan Prabowo Subianto.

Jika dikaitkan dengan penomena yang lagi center ini, Seharusnya presiden Jokowi tidak menampak sikap yang tidak mencerminkan seorang negarawan karena ia adalah seorang kepala negara yang harus berada dalam posisi tengah meskipun ia tahu siapa Gubernur DKI Jakarta itu. Mengapa saya katakan Presiden Jokowi, Karena apapun tanggapan pihak istana semustinya Jokowi harus peka, ia harus menyadari bahwa disampingnya harus ada anak buahnya yakni Gubernur Anies disampingnya untuk menyerahkan piala itu. Sebab itu moment penting yang menjadi puncak sorotan media untuk dipublish.

Menggapi hal itu, Pihak istana mengatakan bahwa tidak ada arahan apapun dari Presiden Jokowi untuk menghadang Gubernur Anies, Sebagaimana Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin sesuai keterangan pers Biro Pers Istana Kepresidenan yang dilansir dimedia media online. Tanggapan itu kita melihat seharusnya tidak disampaikan pihak istana, Karena secara tidak langsung menunjukkan sebuah jawaban yang terkesan politis, Seolah-olah membenarkan pihak istana tidak bersalah dan mengkambinghitamkan panitia penyelenggara. Sedangkan panitia penyelenggara dalam hal ini Steering Committee (SC) membenarkan hal itu. Maruarar Sirait selaku ketua SC mengatakan kalau tidak semua pejabat mendampangi Presiden Jokowi, Inikan menunjukkan sangat gamblang mustahil sebelumnya mereka tidak berkoordinasi dengan pihak protokoler. Lalu kemudian pertanyaannya siapakah yang salah…? Jika argumentasi pihak istana dan panitia demikian artinya keduanya menyalahkan Gubernur Anies Baswedan atau dengan kata kasarnya sadsr diri saja pak gubernur itu. Bagaimanakah ini…? Kita mempertanyakan etika para petinggi bangsa itu yang terkesan menyudutkan Anies Baswedan pasca kejadian ini mendapat kritik dari masyarakat. Sementara seperti yang sudah saya dijelaskan diatas, Anies Baswedan itu orang nomor satu di Jakarta dan wilayah kekuasaannya itu menjadi tuan rumah, logika berfikirnya disitu saja dan video yang beredar itu memperlihatkan prilaku pelaku negara mempermalukan Gubernur DKI Jakarta.

Pengakuan antara pihak istana dan ketua SC tersebut menunjukkan siapa mereka dan siapa Gubernur Anies. Saya menilai ada unsur kesengajaan meskipun bukan arahan dari Presiden Jokowi seperti yang disampaikan mereka. Jika itu benar harus ada langkah yang diambil Presiden Jokowi untuk membantah tanggapan masyarakat yang menaruh rasa simpatik kepada Anies Baswedan. Presiden Jokowi memanggil Gubernur DKI Jakarta itu kemudian melakukan klarifikasi kepada awak media bahwa semuanya baik-baik saja. Kemudian memberikan sanksi tegas kepada Paspampres yang menghadang Anies Baswedan saat itu.

Jika ini dilakukan selain menunjukkan sikap kenegarawanan seorang Presiden juga akan merubah stigma masyarakat dan masyarakat menaruh rasa simpatik kepada Jokowi yang memiliki jiwa besar, Meskipun lawan politiknya, Ia tetap merangkul serangkul-rangkulnya.

Penulis : Aktivis HMI Bandar Lampung