Konsorsium Barisan Selatan Galakkan Harmonisasi Gajah-Manusia

0
195

Lampung, Penacakrawala.com – Dalam rangka memperingati Hari Gajah Sedunia, Konsorsium Barisan Selatan bekerjasama dengan Balai Besar TNBBS, WCS-IP, PDAM Limau Kunci mengadakan school visit kedua sekolah dasar di Kecamatan Bandar Negerisuoh, Kabupaten Lampung Barat, Jumat, 12 Agustus 2022.

Konsorsium yang terdiri dari Yayasan Konservasi Way Seputih (YKWS), Repong Indonesia, dan Pili mendorong kesadaran terhadap upaya pelestarian gajah melalui edukasi pada siswa sekolah dasar.

Direktur Eksekutif YKWS, Febrilia Ekawati, mengatakan kegiatan ini dilaksanakan di dua sekolah, yakni SDN Sukamarga dan SDN Gunungratu. Hadirnya dua pemateri dari Resor Suoh, Balai Besar TNBBS, kegiatan ini diikuti oleh kira-kira 200 murid.

“Kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkenalkan potensi kawasan TNBBS yang meliputi satwa dan tumbuhan langka.
Hewan langka yang dikenalkan kali ini adalah gajah,” kata Febri, sapaan akrab Febrilia Ekawati, melalui keterangan tertulis, Jumat, 12 Agustus 2022.

Menurutnya, hal itu bertujuan agar anak-anak sebagai generasi penerus dapat mengenal dan berbagi ruang dengan satwa tersebut sehingga harmonisasi manusia dan gajah dapat terwujud.

Pengendali Ekosistem Hutan Resor Suoh, Balai Besar TNBBS, Wardono, mengatakan bahwa gajah merupakan satwa yang memiliki wilayah jelajah yang tetap dan sudah berada di Bukit Barisan sejak lama. Bahkan, sebelum manusia memasuki kawasan.

“Menangani konflik gajah-manusia membutuhkan lebih banyak orang  yang peduli gajah. Kami sudah melakukan edukasi kepada masyarakat, dan saat ini masyarakat sudah mulai kompak,” ujar Wardono.

Menurutnya, pengenalan perlindungan gajah perlu dilakukan sejak dini.  Anak-anak dinilai memiliki memori yang panjang sehingga diharapkan bisa mengetahui cara menyikapi keberadaan gajah sejak dini.

“Dua tahun terakhir ini kami mulai mengedukasi pelajar, khususnya SD. Anak-anak sebagai generasi penerus dapat mengenal dan berbagi ruang dengan satwa tersebut sehingga harmonisasi manusia dan gajah dapat terwujud,” katanya.

Manager Program, Sunarni Widya Astuti, mengatakan, manusia sebagai makhluk yang sempurna, makhluk berakal diharapkan dapat memahami kebutuhan manusia terhadap gajah.

“Jadi, manusia harus mengajak untuk memahami bahwa ada kebutuhan dalam kehidupan manusia terhadap gajah. Jadi, mau tidak mau, suka tidak suka, masyarakat yg berada di sekitar kawasan, bisa membangun hubungan yang harmonis. Artinya, bukan berarti terus rangkulan secara harfiah, melainkan bersedia untuk saling berbagi ruang kehidupan,” ujar Nani, sapaan akrab Sunarni.

Dia menjelaskan kawasan hutan yang dulunya merupakan habitat mereka sudah banyak digarap oleh manusia. Artinya, gajah juga membutuhkan suplai makanan yang baru.

“Di program kami juga ada pengkayaan pakan gajah. Melalui kegiatan ini, kami mengharapkan adanya dukungan keberlanjutan dari pemerintah dan pihak lain yang terlibat,” pungkasnya.

(Red)