Bandar Lampung, buanainformasi.com – Nama paramotor tentu masih terdengar asing di telinga kita, berbeda dengan paralayang yang sudah cukup booming belakangan ini. Paramotor adalah paralayang yang mempunyai motor penggerak baling-baling tunggal yang posisinya di belakang posisi duduk pilot.
Jika paralayang take-off dari atas bukit atau tempat yang lebih tinggi, meluncur mengikuti angin dan gravitasi, maka paramotordapat take off dari tempat yang rendah dan terbang karena didorong oleh kekuatan baling-baling yang digerakkan dengan mesin.
Bambang Abiyono merupakan salah satu penerbang paramotoryang aktif di Lampung mulai dari tahun 2006, yang sebelumnya juga menggeluti hobi paralayang di tahun 1994.
“Ya dari dulu memang tertarik dengan olahraga kedirgantaraan. Bahkan, SMA dulu pernah ikut Saka Dirgantara (Pramuka Dirgantara), lalu kuliah di Jogja, ada pelatihan paralayang,” kisahnya.
Paramotor dipilih dengan alasan memiliki sensasi menantang dan juga tidak membutuhkan tempat tinggi seperti bermain paralayang sehingga main di lokasi seluas lapangan bola saja sudah bisa asalkan tidak ada rintangan misal gedung, pohon, dan lainnya.
“Apalagi di Lampung ini susah kalau mau cari area buat latihan paralayang. Nah, kalau untuk paramotor lebih mudah dapat lahan terbangnya dan bisa muter-muter dan landing di situ juga,” ungkapnya.
Namun olahraga ini terbilang mahal, kurang lebih membutuhkan biaya sekitar Rp 100 juta untuk kelengkapan alat mulai mesin (termasuk cage dan frame), parasut, harness (tempat duduk), dan juga pelampung.
“Kalau saya untuk alat yang ada baru punya parasut saja dengan perkiraan harga Rp 25 – Rp 40 juta. Nah, kalau mesin pakai bersama-sama dengan club kami yakni KFCL (Krakatau Flying Club Lampung),” terangnya.
Ia menyatakan dalam satu bulan bisa bermain paramotor hingga 4 kali lebih di waktu weekend yang dilaksanakan di Lapangan Reklamasi Gudang Agen, Telukbetung.
Spot-spot yang sudah pernah dikunjungi saat bermain paramotoryakni Lapangan Terbang Gorda, Serang, Metro, Kalianda dan dalam waktu dekat akan berangkat ke Jogjakarta.
“Tapi lokasi latihan yang tetap menjadi favorit saya adalah Lapangan Reklamasi Gudang Agen, Telukbetung karena kita bisa kemana-mana misal Mutun, Pulau pasaran dan lainnya. Ketinggian terbang biasanya 75-100 meter, karena kalau pertama kali harus tinggi supaya kalau ada apa-apa bisa recovery,” terangnya.
Sedangkan, penerbang paramotor lainnya Parnoto memiliki keunikan tersendiri bisa menggeluti hobi tersebut yakni berawal dari ketidaksengajaan kerap bantu-bantu kegiatan KFCL (Krakatau Flying Club Lampung). (*)