Petani keluhkan Harga Bahan Produksi Anjlok Saat Panen

0
860

Lampung Utara, buanainformasi.com-Salah satu aspek penting dalam meningkatkan produksi pangan adalah para petani di lapangan, para petanilah yang menjadi pelaku utama dalam kelangsungan pembangunan produksi pangan seperti peternakan, perkebunan, nelayan pembudidayaan ikan, pengelola dan pemasaran ikan. Seperti yang tertera Dalam Undang – Undang No 16 tahun 2006 tentang penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan. Sabtu (21/11/2015).

Dalam Undang – Undang No 16 tahun 2006 tentang penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan secara tegas menyebutkan,  mereka yang bergelut di sawah, ladang, kebun, laut, kolam dan hutan dengan istilah pelaku utama menjadi faktor penggerak ekonomi yang di tunjukan oleh tingkat pencapaian produksi pangan. Tetapi lain halnya yang terjadi di sejumlah Desa di wilayah kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung, banyak para petani yang terabaikan dan luput dari perhatian Pemerintah khususnya Dinas Pertanian dan Perkebunan terkait banyaknya permasalahan yang kerap terjadi, seperti petani jagung yang kesulitan mendapatkan bibit, pupuk, serta anjloknya harga jual jagung saat panen, hal itu isebapkan oleh Oknum pedagan yang ingin meraup untung besar.

Menurut keterangan para petani di sejumlah Desa di wilayah Kabupaten Lampung Utara, belum pernah ada badan penyuluh pertanian dan perkebunan dari Dinas pertanian Pemerintah Kabupaten Lampung Utara turun ke lapangan  memberikan penyuluhan kepada para petani, tak hanya itu petani perkebunan karet pun keluhkan produksi getah karet menurun drastis ketika kemarau panjang melanda dan anjoknya harga jual karet mentah, tentunya hal tersebut sangat merugikan para petani.

Kaswo (50) warga Desa Tamanjaya Kecamatan Kotabumi Selatan beserta para petani lainnya berharap kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Utara Provinsi Lampung, Agar Pemerintah  melalui instansi terkait dapat mensetabilkan harga jagung saat panen, karena  anjloknya harga jagung saat panen harga jual jagung dengan modal yang di keluarkan para petani sangat tidak seimbang yang mengakibatkan para petani merugi. Menurut dirinya dan para petani lainnya mengingat tahun – tahun kemarin menjelang panen harga jagung anjlok, karena saat jagung langka harga jagung mencapai Rp 3000,- lebih tetapi saat panen harga jagung anjlok menjadi Rp 1700,- tentunya para petani tidak bisa berkutik dan terpaksa harus menjual jagung milik mereka meski para petani harus merugi dengan harga tersebut, dirinya beserta para petani lainnya sangat berharap kepada pemerintah agar dapat memperhatikan masyarakat kecil di wilayah pedesaan. tuturnya Kaswo.

Hal senada di sampaikan Sanawiah (45) warga Desa Tamanjaya kecamatan Kotabumi Selatan, ia dan rekan lainnya berharap kepada Pemerintah, Pemerintah dapat memperhatikan  para petani kecil di Desa agar para petani kecil tidak selalu miskin, ungkapnya.

Di tempat yang sama, Syahrudin (50) Warga Desa Tamanjaya, Kecamatan Kotabumi Selatan, mengatakan selain para petani jagung di Desa Tamanjaya terdapat sawah tadah hujan milik warga yang luasnya sekitar 30 hektar. Ia menjelaskan “sawah yang kami garap adalah sawah tadah hujan yang dalam satu tahunnya hanya mampu dua kali panen saja, itupun kalau tidak kebanjiran kala musim penghujan datang ” jelasnya.

Syahrudin menambahkan, bahwa selama ini mereka belum pernah mendapatkan bantuan bibit dari pemerintah.Selama ini belum pernah ada penyuluhan dari dari Dinas pertanian dan perkebunan Kabupaten Lampung Utara yang turun ke Desa mereka untuk memberikan penyuluhan kepada para petani. merek mengeluh karena saat turun musim penghujan sawah tadah hujan yang mereka garap selalu kebanjiran, karena tidak adanya parit dan tanggul yang mampu menahan air, sehingga padi yang mereka tanam teramcam gagal panen, ungkap syarudin. (Siswanto).