Petrus Tjandra Sampaikan Ide untuk Kemakmuran Petani Sawit Saat Seminar Di Unila

0
85

Bandar Lampung, Penacakrawala.com – Himpunan Kimia Indonesia (HKI) menggelar seminar dalam pengembangan industri unggulan nasional di berbagai bidang yang ramah lingkungan di FKIP Universitas Lampung (Unila), Rabu (17/1/2023).

Seminar tersebut dihadiri petinggi Unila, di antaranya Wakil Rektor l, Dekan MIPA, Dekan FKIP, guru besar serta perwakilan HKI.

Dalam kesempatan itu, HKI meminta Petrus Tjandra menyampaikan gagasan dan terobosan yang akan dibangun untuk kemajuan kementerian dan kedaulatan bangsa.

Petrus menyampaikan terobosan-terobosan dan langkah nyata untuk memulai hilirisasi di bidang sandang, pangan, papan, dan energi.

Menurutnya, Provinsi Lampung memiliki potensi dan lahan yang bagus untuk mewujudkan program pemerintah mencapai target di bidang pertanian, khususnya sawit.

Hanya, kata Petrus, perlu kerja keras bersama Unila untuk melakukan riset dan penelitian.

“Kita ingin riset dan penelitian tidak hanya dilakukan di perpustakaan. Tapi kita ingin riset betul-betul dilakukan untuk kemajuan bangsa,” kata Petrus

Ia mengaku telah menggagas beberapa terobosan untuk kemajuan dan kesejahteraan petani di Lampung.

“Saya selalu katakan Lampung bisa. Melalui pemikiran, saya telah menggagas buku, menuju 100 juta ton minyak sawit tanpa deforestasi dan tambahan emisi menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.

Dikatakannya, sawit menjadi salah satu kunci untuk mendukung ketahanan energi nasional.

“Secara data kita tahu, stok minyak mentah di Indonesia hanya cukup untuk ketersediaan 21 hari, sedangkan kilang minyak fosil di Indonesia berada di 7 lokasi dengan perkebunan sawit di Indonesia berada di 26 provinsi di Indonesia.”

“Dengan demikian, PSR di 26 provinsi dapat memproduksi PPO/IVO untuk selanjutnya diproses menjadi bensin sawit, dan dengan demikian BBM tersedia hampir di seluruh provinsi. Artinya ketahanan energi nasional bisa lebih terjamin,” tuturnya.

Adapun terobosan yang disampaikan petrus di antaranya sawit sebagai penyerap karbon.

“Kita harapkan sawit tidak bergantung pada sumber air, modular sytem 2,5,10 ton per jam per line, tidak menghasilkan limbah cair, tidak perlu lahan yang luas, pabrik dekat dengan kebun hal itu bisa dilakukan bersama akademisi dan mahasiswa untuk dilakukan riset dan penelitian, Lampung bisa,” pungkasnya.

Pemaparan materi oleh Petrus Tjandra disambut baik oleh Wakil Rektor l Unila Suripto Dwi Yuwono.

Menurutnya, gagasan yang disampaikan Petrus Tjandra akan ditinjau dan ditindaklanjuti.

“Mudah-mudah kegiatan dan gagasan yang disampaikan berjalan dengan baik sehingga dosen peneliti dan mahasiswa Universitas Lampung bisa terlibat,” kata Suripto.

“Apalagi soal industri sawit di Lampung jika berjalan maka menjadi nilai tambah untuk kemajuan di Indonesia,” pungkasnya.(**/red)