Lampung Selatan, Penacakrawala.com – Polres Lampung Selatan (Lamsel), menyebut pihaknya sudah menggali keterangan para saksi atas meledaknya tungku di PT San Xiong Steel Indonesia.
“Kami sudah ke lokasi Kamis (9/5/2024) kemarin. Kebetulan saya juga langsung turun dan sudah meminta keterangan saksi-saksi,” beber Kapolres Lampung Selatan, AKBP Yusriandi Yusrin, Jumat (10/5/2024).
“Sekarang sedang dalam penyelidikan,” sambung Yusriandi.
Polres Lampung Selatan terus menyelidiki penyebab meledaknya tungku di PT San Xiong Steel Indonesia yang menyebabkan empat pekerja terbakar.
Polisi juga selidiki dugaan lalainya perusahaan PT San Xiong Steel Indonesia yang berlokasi di Desa Tarahan, Kecamatan Katibung, Lampung Selatan terkait SOP K3.
Sebelumnya, tungku di PT San Xiong Steel Indonesia meledak dan melukai 4 pekerjanya, yakni Faisol, Novel, Jefri dan Wardi, pada Rabu (8/5/2024) sekira pukul 13.30 WIB.
Jajaran Polres Lampung Selatan juga sudah bertemu dengan para korban.
“Kami sudah mengunjungi para korban, mereka dirawat di RS Imanuel Bandar Lampung,” ujarnya.
Ketua Serikat Buruh San Xiong Steel Indonesia Hadi menyebut, tungku dan standard operational procedure (SOP) terkait keselamatan dan kesehatan kerja (K3) belum berjalan.
Ia pun menceritakan, ledakan tungku yang menyebabkan 4 pekerja terkena pentalan cairan besi mendidih dan material besi.
“Faisol mengalami luka bakar 80 persen yakni pada wajah, badan dan tangan.
Novel mengalami luka bakar 70 persen pada wajah, badan dan tangan.
“Jefri mengalami luka bakar 30 persen di bagian kepala badan dan tangan. Sedangkan Wardi luka bakar 20 persen,” terangnya.
Ia menyebut, ledakan tungku terjadi sebanyak 2 kali.
“Yang pertama, ledakan tidak begitu keras dan tidak mengenai pekerja,” kata Dia.
“Sesaat kemudian, tungku kembali meledak sangat keras sampai terdengar hingga radius 1 kilometer,” sambungnya.
Lalu secara bersamaan cairan besi panas di dalam tungku dan pelat bekas lantai kapal ikut keluar mengenai 3 orang pekerja dan satu orang yang memperbaiki tungku yang volume pembakaran 1.500 derajat celsius.
Ia menyebut seharusnya petugas K3 berperan aktif saat bahan besi plat yang dilebur lalu tungku meledak dan melukai 4 orang pekerja.
“SOP-nya itu kami sebagai pekerja pelebur besi tahunya disitu ada bahan ya kami masukan,” katanya.
“Kalau memang mau menegur itu wewenang petugas K3 yang mengetahui bisa dimasukkan atau tidak bahan ke dalam tungku,” sambungnya.
Lantas ia pun mempertanyakan, dimana petugas K3 yang seharusnya ada di lokasi peleburan untuk menjami keselamatan kerja.
“Kalau selama ini belum. Karena selama ini petugas K3 di tungku bahkan belum pernah mengecek tungku. Bagi kami selama ini safety belum sesuai. Bahkan jauh dari SOP,” ucapnya.
Ia pun menyebut prosedur pengoperasian tungku ada perubahan dari yang seharusnya.
“Kalau dulu tungku baru dan lama dinyalakan bertahap. Kalau tungku baru standarnya 250 derajat celsius, beberapa menit kemudian naik lagi ke 500 derajat celsius. Hingga 1.500 derajat celsius. Kalau sekarang tungku baru atau lama dinyalakan langsung 1.500 derajat celsius,” ujarnya.
Menurutnya sebagai seorang yang pernah bertugas di tungku peleburan selama 5 tahun, pengoperasian seperti itu berpotensi membahayakan pekerja.
“Itu berbahaya karena tungku lama dan baru berbeda. Tungku baru masih tebal belum pernah dipakai kalau tungku lama sudah tipis,” katanya.
“Elemen yang berada di dalam tungku kebanyakan sudah bocor, dan hanya diperbaiki dengan ditambal tidak diganti baru,” sambungnya.
Ia menyebut bahan yang akan dilebur di dalam tungku harus benar-benar dicek dari bawah oleh pek potong namun tidak disatukan.
Ia pun berharap agar K3 segera dibenahi sehingga tidak terjadi hal yang serupa di kemudian hari. (**/red)