Lampung Tengah, Penacakrawala.com – Kondisi ruas jalan yang rusak parah di sejumlah wilayah Kabupaten Lampung Tengah membuat warga setempat menanam pohon di jalan.
Seperti yang terjadi di Dusun Srimargarahayu, Kampung Negara Bumi Udik, Kecamatan Anak Tuha, mereka menanam pohon sawit, jagung, dan menebar benih padi di kubangan jalan, Kamis (16/5/2024).
Unus selaku salah satu warga setempat mengaku, aksi tanam pohon yang dilakukannya adalah bentuk protes terhadap ketidakpedulian pemerintah menangani masalah jalan.
Dia mengaku, buruknya kondisi jalan di wilayahnya tidak kalah dengan daerah lain, bahkan dibiarkan rusak sejak 7 tahun silam.
“Kami juga sependeritaan dengan warga lain yang jalannya bobrok bertahun-tahun. Musim hujan seperti ini jalanan sudah seperti lahan pertanian, cocok kalau ditanami pohon,” ujarnya.
Dia mengatakan, yang ditanami pohon berstatus ruas jalan tanggungjawab Kabupaten Lampung Tengah, penghubung 3 kecamatan, yakni Anak Tuha, Seputih Agung, dan Anak Ratu Aji.
Bahkan, katanya, jalur tersebut adalah jalur transportasi umum Bus Damri, dan alternatif jalur Lampung Tengah – Lampung Utara.
Unus menceritakan, belum lama ini dia melihat seorang anak sekolah yang terjatuh saat hendak berangkat sekolah.
Menurutnya, dia merasa miris saat roda sepeda yang dikayuhnya terpeleset dan jatuh ke kubangan air.
Unus melihat seragam sekolah anak itu kotor dan basah di jalan licin usai diguyur hujan.
“Anaknya nangis terus pulang, nggak jadi sekolah. Saya kasihan melihatnya, andai jalan disini tidak parah kayak gini,” ujarnya.
Padahal, Unus dan warga setempat pernah melihat ada orang yang datang ke tempatnya untuk mengukur jalan.
Dia mengatakan, sekitar 12 kilometer ruas jalan itu sudah pernah diukur tahun 2023 lalu.
Warga pun sempat berandai-andai jika nantinya jalan tersebut dicor atau diaspal.
“Tapi ya cuman sebatas angan-angan, sampai saat ini tidak ada informasi dan kejelasan,” katanya.
“Kami berharap ada perhatian dan perbaikan di jalan ini. Karena kalau dari aksi ini tidak digubris juga, kami berencana akan menggelar aksi lagi bersama kecamatan lain,” tutupnya.
Sementara, Okta selaku pengemudi mobil pikup yang melintas menyebut, jalan yang dilaluinya sudah tidak layak.
Bagaimana tidak, Okta mengaku setiap hari melewati jalan tersebut mengangkut hasil pertanian.
Menurutnya, mobil yang ia kendarai hanya bisa melaju perlahan, karena risiko.
“Saya kesulitan mengeluarkan (distribusi) hasil pertanian dari sini, lubangnya besar dan dalam,” katanya.
“Mobil saya sering pecah ban, bahkan mobil kawan saya kondisinya sudah terpuruk karena sering tergelempang di jalan ini,” tutupnya. (**/red)