Sambut Kontesasi Politik, Ratusan Kader Nasdem di Kudus Digenjot Pendidikan Politik

0
208

Jawa Tengah, Penacakrawala.com – Sekitar 600 kader Partai Nasional Demokrat (NasDem) mulai digenjot pendidikan politik kemarin. Pendidikan politik diberikan untuk persiapan menjelang kontesasi politik, maka seluruh kader harus mempersiapkan strategi pemenangan di masing-masing daerah pemilihan (dapil), termasuk di Kudus.

Dalam kesempatan itu pula, dewan pimpinan pusat (DPP) Partai Nasdem mengklarifikasi soal mundurnya para kader setelah Anies diusung jadi calon presiden (Capres) oleh Surya Paloh itu.

Ketua Bidang Hubungan Legislatif DPP Partai NasDem Atang Irawan mengatakan pendidikan politik bagi kader maupun masyarakat merupakan salah satu fungsi partai politik (parpol). Kegiatan yang disebutnya sebagai konsolidasi itu pula menjadi hal yang penting, karena DPP telah membuat sebuah kebijakakan terkait dengan masalah penetapan capres.

“Maka ini juga harus tersosialisasikan kepada seluruh kader, termasuk juga pengurus,” katanya.

Persiapan kader jelang politik menjadi sebuah koensekuensi dari kebijakan politik yang telah ditetapkan, seluruh kader harus mulai mempersiapkan diri dalam rangka pemenangan Pilpres 2024 nanti. Pilihan itu, kata dia, sudah mejadi yang terbaik, maka hal tersebut perlu dijelaskan kepada kader, semuanya harus mulai bergerak, mengkampanyekan calon yang diusung oleh Parta NasDem.
“Perihal target di wilayah Jawa Tengah sendiri untuk RI minimal satu Dapil satu kursi. Sementara di Kudus menargetkan delapan kursi,” terangnya.
Disinggung soal banyaknya kader yang tiba-tiba mundur setelah Anies diusung jadi Capres, dia mengatakan, Partai NasDem sendiri dinilai sebagai parpol yang terbuka, sehingga ketika masuk ke NasDem juga tidak ada unsur keterpaksaan, maka ketika ada kader keluar itu pun merupakan pilihan politik atau pilihan murni dari pihak kader.

“Di dalam negara demokrasi, maka hal itu tidak bisa dipaksakan, kepada siapaun untuk mengikuti partai ini,” jelasnya.

Kedua, pihaknya juga menjelaskan, karena sesungguhnya yang banyak diberitakan itu banyak yang hoax. Contoh saja berita yang ada di Jawa Barat. Diberitakan sebanyak 5000 kader mundur, padahal itu aslinya terjadi pada 2013. Pihak media yang memberitakan itu juga, sudah memberikan klarifikasi, jika sesungguhnya itu tidaklah terjadi.

“Saya kira yang menjadi catatan penting adalah dinamika politik, guncangan semacam itu sesuatu yang biasa terjadi, apalagi nanti ketika menghadapi ceremony pada 2024,” tambahnya.(**/Red)