Sejarah Budaya Lampung Terpendam di Gedung Batin
[sz-ytvideo url=”https://www.youtube.com/watch?v=npJkFopEJwk” theme=”dark” cover=”youtube” start=”1″ end=”1″ responsive=”y” autoplay=”y” loop=”y” fullscreen=”y” disablekeyboard=”y” disableiframe=”y” disablerelated=”y” delayed=”y” schemaorg=”y” /]
Way Kanan, buanainformasi.com-Gedung Batin adalah sebuah kampung yang berada di wilayah Kecamatan Blambangan Umpu, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung, Kampung yang berada 22 km dari ibukota kabupaten ini merupakan kampung wisata, memiliki sejumlah bangunan dan struktur peninggalan masa purbakala.(2/7/2016)
Kampung wisata gedung batin merupakan satu di antara kampung tua di Kabupaten Way Kanan. Disini masih bisa kita lihat peninggalan budaya nenek moyang. Mulai dari arsitektur Khas lampung tempo dulu, sampai perabot-perabot lama sebagai pengisi ruangan.
Lokasi Kampung wisata gedung batin berjarak ± 22 km dari Ibukota Kabupaten Way kanan. Di sini berdiri 12 rumah kuno, Sebagian besar dibangun tahun 1700-an. Yang paling baru, didirikan pada tahun 1808. Salah satunya adalah Rumah yang berumur lebih dari 300 tahun, yang saat ini dihuni oleh, Ali Bakri “ yang merupakan salah satu penerus kampung adat itu.
Untuk mencapai kampung tua ini, tidak gampang. Pengunjung harus melalui jalan yang sebagian masih jelek. Di kiri kanan jalan tampak semak belukar dan kebun-kebun warga.
Kampung ini dirintis nenek moyang masyarakat Way Kanan sejak abad ke-14 Masehi. Pada tahun 1808, Pemerintah Belanda menetapkan permukiman ini sebagai kampung percontohan. Rumah adat ini berbentuk bangunan panggung, diukir, dan tidak boleh berpaku logam. Untuk menyambung kayu yang satu dan lainnya hingga membentuk bangunan, hanya memakai pasak kayu.
Semua rumah terbuat dari kayu pilihan, yakni tembesu dan Menteru yang kekuatannya mengalahkan besi. Buktinya, meski usia rumah kuno di Gedung Batin sudah lebih 300 tahun bahkan diantaranya ada yang sudah berusia 400 tahun, masih tegak berdiri dengan kokoh.
Begitu juga kerangka bangunan lainnya, tetap tegap. Rayap tidak sanggup mengeroposkan kayu yang seratnya rapat itu. Rumah tua yang dihuni Ali Bakri menyimpan banyak barang antik. diantaranya berupa tempat minum dari kuningan. dan cerana, juga terbuat dari kuningan. Benda ini dulu dipakai para perempuan yang biasa menginang untuk menumbuk daun sirih dan gambir, ada juga Badik gagangnya yang terbuat dari Gading, sarana rumah tangga seperti Kramik dan cermin Kursi Kayu, Meja Batu yang usianya sekitar 300 tahun.
Selain itu, diBawah Nuwa Gumanti, ada Meriyam Peniggal Belanda, Dahulu Meriam ini di gunakan utuk memberi isyarat upcara adat Begawi. Barang-barang tua peninggalan nenek moyang itu masih dirawat sampai sekarang.
Ali Bakri, Gelar Kilapmas, Yang menghuni dan Merawat, Ruamah, Tatan Nuwa Gumanti, generasi penerus kampung adat itu, Menuturkan, sehubungan dengan banyaknya pengujung yang datang adah pelajar SD. untuk menambah wawasan mengetahui tentang nilai budaya sejarah bangsa dan peninggalan sejarah Barang-barang kuno ini, Perlu dilestarikan, “ Saya sangat Mersa senang dengan kehadiran Anak-anak Pelajar apa lagi yang datang hari ini adalah Anak-anak SD.”Ungkapnya.
Ali Bakri, Berharap Kepada Pemerintah Pusat dan Provinsi Khususnya Pemerintah Kabupaten Way Kanan, untuk bisa membantu, Melestarikan dan membantu pewarawatan Benda-benda bersejarah ini.
Ditempat yang sama, Nimi, SPd., Guru SDN Bumi Ratu saat, mendampingi siswanya, berkunjung kerumah kuno ini, Mengatakan sangat senang sekali karena bisa berkunjung kekampung wisata Gedung batin. Hal ini dapat menumbuhkan nilainilai rasa cinta Anak-anak didik terhadap budaya bangsa dan menunjukkan cinta Alam.
Senada juga dikatakan salah satu siswa SDN Bumi Ratu, Diki, setelah menyaksikan secara langsung Barang-barang kuno, nilai budaya ini harus dilestarikan, “saya senang bisa melihat lansung, peninggal leluhur yang usianya sudah ratusan tahun, ini bukan cerita, semunya masih asli.” Kata, Diki.