Varian Virus Corona Kembali Yakni Virus Corona Varian Mu Atau B.1.621

0
253

Palembang, Penacakrawala.com  Varian Virus Corona kembali, muncul yakni Virus Corona varian Mu atau B.1.621. Menurut organisasi kesehatan dunia atau WHO, varian ini resisten terhadap vaksin.

Ahli Mikrobiologi Sumsel, Profesor Yuwono, menyebut varian Mu merupakan varian of interest yang secara medis varian ini memiliki penularan di area terbatas atau tidak seperti variant of consent seperti varian Delta dan lainnya.

“Jadi, varian ini tidak menjadi masalah.

Ada indikasi memang dia resisten terhadap vaksin, tapi itu bukan problem karena sampai sekarang intinya dari seluruh kejadian di dunia Covid-19 sudah mereda artinya vaksinasi efektif,” jelas Yuwono, Selasa (7/9/2021).

Dijeaskan Yuwono, penularan varian anyar ini terkategori kecil dibanding penularan  Delta yang lebih cepat meluas.

Varian Delta diperkirakan 60-70 persen penularan lebih tinggi dari varian sebelumnya.

“Kalau Virus Corona varian Mu biasa saja sebernanya sudah muncul di Brazil sudah lama. Tidak tahu kenapa dimunculkan kembali,” tambah dia.

Menurutnya, saat ini pemerintah dituntut untuk lebih fokus ke arah lain, yakni penanganan kesehatan yang lain.

Terlebih, karena presiden vaksin sudah menyebut vaksin sudah berhasil dan efektif dalam menurunkan tingkat penularan Virus Corona.
Dia pun mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir dengan adanya varian Mu.

Hal ini karena varian Delta yang seganas dan penularannya lebih cepat pun masyarakat harus tetap tenang. Apalagi, varian seperti ini.

“Bukannya saya meremehkan varian ini. Tidak semua mutasi pada virus itu berpengaruh pada derajat penyakit tapi penyebarannya meningkat,” jelas Yuwono.

Menyikapi kemunculan varian ini, Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi menginstruksikan penjagaan di bandara internasional untuk mengantisipasi penularan seperti varian sebelumnya.

Menurut Yuwono, sejak awal upaya antisipasi penularan memang dilakukan dengan prosedur menutup akses pengunjung dari negara asal varian itu muncul.

Misalnya saja untuk varian Delta yang berasal dari India.

Diyakini Yuwono, pemerintah “kecolongan” terhadap varian tersebut sehingga ada penularan meski terbatas.

Jika dari awal telah dilakukan penutupan akses penerbangan dari Wuhan dan negara lainnya kemungkinan besar kasus di Indonesia akan menjadi seperti Vietnam yang penularannya tidak terlalu tinggi.

“Yang kedua, jika sudah jelas asalnya, begitu ada varian Delta India kita harus menutup askes itu sebelum menyebar.

Silakan saja lakukan penjagaan ekstra di bandara karena penularan bukan  dari negara kita,” ujar Yuwono.
Varian Mu pertama kali terdeteksi di Kolombia pada awal tahun.

Sejak terdeteksi, varian ini telah dilaporkan di beberapa bagian Amerika Selatan dan Eropa.

Badan kesehatan global mengatakan, varian Mu memiliki mutasi yang menunjukkan risiko resistensi terhadap vaksin Covid-19.

Namun, para ilmuwan masih mempelajari lebih lanjut untuk memahami varian Mu dengan lebih baik.

Meski demikian, varian Mu tampaknya tak terlalu mengkhawatirkan seperti varian Delta.

Hingga saat ini, varian itu hanya menyumbang sebagian kecil dari kasus global.

Varian Mu dari Covid-19 terdaftar sebagai salah satu dari lima variants of interest yang dikategorikan oleh WHO.

Itu berarti, bahwa sementara WHO menganggapnya layak untuk pemantauan khusus.

Varian Mu dipandang sebagai masalah potensial yang lebih kecil daripada strain Delta atau Alpha dari virus SARS-CoV-2, yang telah ditetapkan sebagai varian yang menjadi perhatian (variants of concern) karena virulensinya yang meningkat.

Ini adalah varian pertama yang masuk dalam kategori variants of interest yang ditambahkan ke daftar sejak Juni, ketika varian Lambda dimasukkan dalam daftar.

Melansir ABC News, menurut laporan epidemiologi terbaru WHO, varian Mu telah terdaftar sebagai varian “menarik”, karena memiliki konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial untuk lolos dari kekebalan, yang perlu dipelajari lebih lanjut.

Paul Griffin, seorang ahli penyakit menular dari Mater Health Services dan University of Queensland, mengatakan para ahli kesehatan terus-menerus mencari varian yang mungkin lebih mudah menginfeksi orang yang divaksinasi, melalui mutasi pada protein lonjakan virus.

“Jika protein lonjakan itu berubah secara signifikan, maka pasti ada potensi vaksin Covid-19 bekerja kurang baik,” katanya.

“Kami pikir akan ada waktu di mana itu menjadi sangat mungkin, tetapi kami belum benar-benar melihatnya,” imbuh Griffin.

WHO menekankan, bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami efek varian Mu, tetapi Dr Griffin mengatakan, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa Mu cocok sebagai varian pelarian.

Menurut WHO, prevalensi varian Mu dalam infeksi Covid-19 global sebenarnya telah menurun sejak pertama kali terdeteksi, namun prevalensi di Kolombia (39 persen) dan Ekuador (13 persen) secara konsisten meningkat.

Varian ini menyumbang kurang dari 0,1 persen dari semua infeksi Covid-19 global, tetapi wabah B.1.621 juga telah dilaporkan di beberapa bagian AS dan Eropa.

Laporan epidemiologi WHO mengatakan, bahwa data awal menunjukkan varian Mu tampaknya lebih resisten terhadap antibodi.

Tapi Dr Griffin mengatakan, tes laboratorium itu tidak memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana kekebalan manusia bekerja di dunia nyata.

“Studi penetralisir itu sangat berguna, karena cukup mudah dilakukan dan cukup cepat, tetapi itu hanyalah bagian dari cerita, bukan keseluruhan cerita,” katanya.

“Kita perlu melihatnya secara klinis. Sehingga, di dunia nyata, kita akan melihat apakah ada perubahan sifat, yang berarti vaksin benar-benar kehilangan kemanjurannya.”

“WHO juga menjelaskan, bahwa ini perlu diselidiki lebih lanjut dan Dr Griffin mengimbau agar warga Australia tak terlalu khawatir terhadap varian Mu.

Source : Sripoku.com
Editor : Adee